Sabtu tanggal 11
Juni kemarin saya memutuskan untuk menghabiskan waktu menunggu waktu berbuka saya
dengan datang ke pembukaan Pameran “Color [e]motions”, pameran tunggal Haryanto
Gunawan yang bertempat di Ciputra Artpreneur. Salah satu kawasan mal dengan
galeri seni didalamnya , pameran bertempat di lantai 11 gedung mall ini. Yang
menarik adalah, pameran ini adalah pameran lukisan abstrak saya yang pertama.
Saya penasaran betul dengan abstrak Indonesia. Karena di cakupan usia saya-dewasa
usia 20an- aliran abstrak bukan hal popular untuk digali atau bahkan diambil
sebagai cinta dalam melukis.
|
Pelukis, Haryanto Gunawan (tengah) |
Aminudin TH Siregar
di pengantar mengutip Sadali-pelukis abstrak terkemuka-abstrakisme sendiri
merupakan praktik seni yang sudah lama mengendap dalam ekspresi-ekspresi
kebudayaan Indonesia, yang dapat terlihat pada motif-motif dan corak-corak pada
artefak budaya di sepanjang Nusantara yang menjauhi representasi. Ini juga
merujuk pada sifat abstrak di awal perkembangan seni lukis sebagai media representatif
akan simbol tertentu atau sebagai hiasan/motif. Pada pengertian visual, dapat
diartikan bahwa kesenian, abstrak yang tidak melulu dimengerti maknanya dapat
berkomunikasi dan dinikmati. Dapat dianalogikan ketika kita dapat menikmat
kaligrafi arab ataupun kaligrafi mandarin tanpa mengetahui betul artinya.
Pembukaan
Pameran Color [e]motions” berlangsung mulai dari jam 16.00 hingga waktu maghrib, diawali dengan diskusi
mengenai Seni Lukis aliran abstrak, bertema “What, Why Abstract”, yang kemudian
setelah jeda istirahat maghrib dilanjutkan dengan pembukaan pameran yang
dimulai dengan pertunjukkan tari dan secara dramatis membuka tirai yang
menutupi lokasi pameran. Pertunjukkan tari oleh Rosmala. Pada pembukaan pameran
ini banyak hadir para curator dan pengamat seni, terlihat Bapak Amir Sidharta,
pemilik Sidharta Auctioneer turut datang dalam pembukaan pameran yang akan
berlangsung hingga 13 Juni 2016 ini.
|
Ocean Blue (2016) |
Pada pembukaan
Haryanto Gunawan menyampaikan, bahwa dirinya yang tidak mempunyai latar
belakang melukis, mengambil abstrak sebagai media pencurahan dari apa yang ia
lihat dan rasakan di berbagai pandangannya di beberapa lokasi yang menjadi
tempat inspirasinya, salah satunya di lukisan Jimbaran yang diceritakan suasana
sore di Jimbaran ketika Haryanto akan pergi makan malam. Segaris dengan apa
yang ditulis Sanento Yuliman (1976), bahwa satu ciri dalam seni lukis abstrak,
adalah lirisisme yaitu ungkapan emosi dan perasaan pelukis dalam menghadapi
dunia. Di seri lukisan yang dipamerkan dapat terlihat dengan jelas bahwa
Haryanto, melukiskan impresi akan penggalan kesan yang ia dapatkan dari
berbagai kota di dunia, tergambar dengan jelas pada lukisan abstrak yang diberi
judul dengan berbagai nama kota ataupun unsur naturalis dari kota tersebut,
seperti bunga ataupun pohon. Terlihat jelas pada lukisan yang berjudul
Beijing, Amsterdam, Shanghai, Africa, Ginza,
dan China Blue. Sedangkan, impresi unsur naturalis muncul dalam lukisan
Lemon Tree, Red Roses, Flower Garden, Flower
Illusion, Orange Delight dan Hanging Garden. Mengingatkan pada Wassily
Kadinsky, pelukis abstrak yang juga berawal dari aliran naturalis.
|
Suasana saat pembukaan pameran |
|
Pelukis memberikan kepada pihak Ciputra, Ibu Citra |
|
Ginza (2016) |
Itu dia ulasan saya ke pameran terakhir yang saya kunjungi, tunggu review pameran selanjutnya ya!
1 komentar:
Kerenn mar... Naturalis menjadi abstrak..
Posting Komentar