Jumat, 22 November 2013

Remahan 30 menit

Ada hal yang tersisa di tiap penggalan kata yang dibiarkan ditahan dan kemudian diselesaikan dengan saling berpandangan.
Apa yang mau dibicarakan tertahan antara rasa ingin tahu tentang jawaban soal pertanyaan yang ada tiap pagi saat matahari jam 6 pagi.
Tentang jalan kecil yang dilewati hanya untuk mengingatkan bahwa disana tempat persinggahan obrolan soal hobi, teman sepermainan atau sekedar makanan yang tidak enak.
Atau mungkin sapaan durasi 10 detik.
Atau tentang tatapan yang tidak berujung sapaan.
Atau tentang curi curi pandang ke pundak yang berjalan ke arah yang berlawanan.
Dan disetiap remahan 30 menit penuh harap soal sapaan lebih daei 10 detik,
tentang tatapan yang berujung sapaan, atau tatap muka dengan saling berhadapan.
------------
Rayan sekali lagi memandangi Leah yang berjalan terburu buru dengan ransel terbuka dan semua buku yang dibawanya dapat terlihat dengan jelas. Buku khas anak komunikasi.
Rayan tahu sekitar jam setengah delapan Leah selalu melewati kantin untuk membeli susu kotak coklat. Lalu, roti sandwich harga 3.500 dengan selai blueberry. Sesederhana itu pemandangan pagi setengah delapan yang selalu membuatnya mood seharian.
Lalu, setelah itu akan ada dua minggu mereka tidak pernah bertemu. Bertemu, sebuah kata aktif yang untuk kasus Rayan menjadi pasif. Karena Rayan lah yang bertemu. Leah tidak tahu kalo bertemu Rayan
"Hay, Rayan~~!" seru Leah melambaikan tangan dan senyum cerianya.
"Hay, Leah. Kuliah pagi ya?" tanya Rayan.
"Iyaa, nih duluan yaa" jawab Leah dan kemudian bergegas pergi ke gedung prodi Komunikasi.
"wah, jadi 10 detik pas gue ngomong ke dia"
Dan, pertemuan pasif itu akhirnya berakhir bulan lalu. Saat keduanya saling mengetahui bahwa mereka satu sekolah saat SMA. Dan, akhirnya berkenalan.
Buat Rayan, akhirnya tatapan berubah menjadi sapaan 10 detik.
"ini saja sudah cukup, Leah"

Tidak ada komentar: