Sabtu, 30 November 2013

Belajar dari Uma


Namanya Uma, gadis kecil berusia sekitar 4 tahun yang sangat manis. Saya menemuinya tiap hari Minggu dan Jumat. Sudah mau setahun kami berkenalan, tidak terasa keputusan iseng untuk mengajar di Sanggar Belajar awal tahun ini membawa saya ke kesenangan dan pembelajaran yang tidak berujung salah satunya ke Uma ini.

Uma, waktu awal kami bertemu Uma anak yang cukup sensitif dan sering ngambek. Saya sering kehabisan akal kalo dengan dia. Dan sering sekali kalau bertemu dengan dia sebelum mengajar dia sedang dalam muka yang ditekuk a.k.a lagi ngambek. Kalau saya ajak belajar di Sanggar bilangnya

“Ah, gak mau ah kak males abis si itu nginjek kakiku tadi”



Hal-hal sederhana bisa langsung meruntuhkan niatnya belajar dan langsung membuat dia ngambek dan tidak mau bicara seharian. Ada saat saat sedang asik main dan belajar tiba-tiba Uma terdiam dan mukanya cemberut. Lalu, saat saya dekati dia cerita.

“kakiku diinjak si itu kak, aku gak mau main aaah”



Semudah itu dia tidak mau ikut bermain karena hal-hal yang menurut saya merupakan hal sederhana.
Sifatnya yang cukup sensitif dan mudah tersinggung mengingatkan kepada diri saya sendiri. Saya sendiri termasuk orang yang sensitif dan mudah tersinggung. Uma seperti cerminan diri saya, dengan sedikit perbedaan dia lebih manis hehehe
Menyadari hal itu, saya suka mengajaknya main dan berbicara, saya kasih perhatian dan suka dengan harapan saya juga lebih dapat memahami diri saya sendiri dengan memahami Uma.
Uma ternyata berkembang lebih pesat, setelah sering diajak bermain dan mengobrol dia menjadi lebih ramah kepada saya, menjadi lebih manis.
Setiap saya baru datang mengajar dia menyambut saya sambil bertanya



“kakak darimana tadi? Sekolah ya?”
Dan, ketika jam sholat saat saya sedang berjalan menuju masjid terdekat, dia menghampiri saya sambil berkata,


“Kakak mau sholat ya?”
“Iya, kakak mau sholat. Ikut yuk!”
“Iya” sambil tersenyum.




Saya jadi berpikir saya begitu juga ga ya?





Dari Uma saya belajar kadang perasaan sensitif seperti kami ini bisa diatasi dengan kelembutan yang terus menerus yang saya coba terapkan padanya. Sekaligus saya jadi berpkir sifat sensitif saya bisa berubah kalo saya berprilaku lembut kepada diri saya sendiri. Uma mengajarkan hal yang langsung kepada saya, hal yang sangat dekat dengan saya tanpa ia sadari.


Kadang pembelajaran hadir lewat hal-hal yang tidak terduga, kali ini lewat Uma.


+Marissa Abdul+

Tidak ada komentar: