Jumat, 17 Agustus 2018

Sesuatu di Jogja

Sesuatu di Jogja


"Percaya atau enggak ya mbak, memang ada sesuatu mbak di Jogja, ada ada daya magis tersendiri yang membuat banyak orang datang lagi dan terus kesini"


Driver Gojek saya selepas dari Museum Affandi 


Dua minggu yang lalu tidak salah, saya meluangkan beberapa waktu untuk menemui kota kesukaan saya. Jogjakarta. Perjalanan yang disiapkan dua bulan sebelumnya, dengan niat awal menghampiri sepasang teman baik yang memutuskan menghabiskan sisa hidupnya bersama. Kota yang tepat untuk merayakan cinta penuh warna dan kesabaran. Saya gak tau banyak cerita di akhir, ketika mereka memutuskan bersama. Cerita yang saya kenal, mereka saling berjuang dan memperjuangkan.


Baru itu saja sudah manis sekali.
Ke Jogja selalu menjadi hal manis yang saya suka, selain teman saya yang menikah, saya tidak punya kerabat kandung yang saya hampiri. Tapi, jelas ada yang tertinggal di Jogja.




Seperti lagu Adhitya Sofyan -  Ada sesuatu di Jogja. Saya ga punya siapa-siapa yang menunggui saya turun dari kereta di jam 4 sore. Oh kecuali, gudeg, hahaha.


Karena ga ada siapa-siapa, tiap tahun saya bersikeras mengusahakan datang. Menghampiri Jogja yang membuat saya selalu tenang. Saya terlalu suka tiap sudut kotanya. Terhitung semenjak 2012 rutin tiap tahun kemari. Kangennya dijadwalkan. Waduh saya jadi berlebihan.




"Kak Mar mau kemana lagi di Jogja?"
Tanya teman karib saya Ana, waktu kami menyusun jadwal tempat yang mau kami singgahi sampai ke berapa biaya jajan disana.
"Aku cuma mau ke Affandi sama menggambar aja Ana. Nanti kalo aku lama pas ngegambar, maaf ya"






Satu hal yang selalu ingin saya lakukan adalah menggambar di tempat yang saya suka. Terlebih di Jogja.
Turun dari stasiun Tugu di hari Sabtu pagi, saya dan Ana memutuskan untuk berjalan kaki 0 km jogja, menghampiri Soto Pak Muh di Bringharjo. Terakhir kali saya kesana tahun lalu, saya janji ke diri sendiri akan datang lagi. Eeeeeh, sabtu pagi itu Soto Pak Muh belum buka. Pasar Bringharjo dan jalanan Malioboro pagi itu tidak ramai, saya dan Ana membaur dengan warga lokal yang sibuk mencari sarapan di pedagang soto, nasi rames dan gudeg yang ada di sepanjang jalanan Malioboro.






"Ini nasi ramesnya lho mbak, wes sama telur 6000"
seorang ibu yang sedang asik memakan sarapan nasi ramesnya, merekomendasikan nasi rames yang sedang ia makan ke saya.
"Oh iya tho bu? Suwun e bu" ucap saya sambil buru buru mengeluarkan dompet dari tas pinggang warna biru. Lalu, kemudian si Ibu menambahkan rekomendasi nya dengan menjelaskan isi nasi rames yang lain. Saya sendiri kegirangan dapet sarapan murah pagi itu. Berhubung jadwal main yang lain cukup menguras kantong. Ana cukup siap sedia dengan terlebih dulu membeli makanan di malam hari untuk sarapan. Marissa? Memilih tidur.
Saya dan Ana menginap tidak jauh dari Jalan Malioboro, di sebuah rumah yang didaftarkan untuk menjadi penginapan di situs airbnb.com, waktu itu kami pilih Yogyakarta BNB karena sepakat dengan konsep nya yang sederhana dan dekat dengan alam. Sebelum ke host, saya dan ana memutuskan sarapan di bangku-bangku yang ada di 0km Jogja. Kami disuguhi pemandangan anak-anak yang bepergian dengan sepeda. Hal yang sangat jarang ditemui di kota Jakarta. Saya jadi kepikiran ingin membeli sepeda. Tapi, pas ingat jarak kantor rumah 25 km lebih saya jadi mengurungkan niat.
"Bisa bisa sampe kantor tidur mulu gue karena capek"
Di 0 km jogja saya memutuskan menggambar bangunan Bank Indonesia yang cantik dengan jendela panjangnya serta kubahnya.
Seru sih melihat respon orang-orang yang nontonin saya menggambar. Ditontonin di Jakarta udah biasa, sudah terlatih. Tapi, ternyata sensasinya berbeda di tempat yang benar saya ga kenal siapa-siapa. Terimakasih pada Ana yang pengertian akhirnya saya punya foto saya lagi menggambar. Hahaha saya paling senang difoto lagi menggambar walau malu-malu pas tau lagi di foto Ana. Selesai makan dan sarapan, kami memutuskan menitip tas di host walau kami belum check in, berat juga ternyata luntang-lantung di Jogja pakai tas ransel, walau bawaan kami ga banyak.






YogyakartaBNBtempat kami menginap ada di Jalan Sastrodipuran, ohya kalau ada yang mau intip tempat kami menginap bisa search di Airbnb Yogyakarta BNB atau kepo di instagram @YogyakartaBNB (https://www.instagram.com/yogyakartabnb/). Lebih banyak bule yang ikutan nginep disini. Seru bisa ngomong sama native langsung! Hal yang sayaa tunggu! Bertemu banyak orang asing, yaitu bule atau yang beneran belum pernah kenal. Hostnya ramah sekali. Pemiliknya Mbak Mariza (kebetulan banget sama kayak saya namanyaaaaa) ga ada di tempat kita ketemu mas tato dan mas susilo yang ramah dan koplak. Mas tato ngasih rekomendasi tempat makan mie ayam enak di Jogja setelah kami ngeluh ga puas sama mie ayam Yamie pathuk. Mie ayam Bu Tumini di Jalan Imogiri Timur No.87. Enak terus muraaah. Mie nya hanya seharga 14.000 dengan porsi yang banyak.




Beberapa tempat lainnya seperti Tempo Gelato saya dan Ana datangi dua kali saking sukanya dengan gelato milik mereka. Norak apa ya saya?



Sebenernya di Jogja, tujuan saya cuma pengen banyak menggambar sambil jalan-jalan. Akhirnya tas kecil yang ada didepan lebih banyak diisi drawing pen dan waterbrush nya Koi. Kadang berhenti sebentar sesekali eh banyak deng bengongnya, lihat gedung-gedung yang ada, terus ijin ke ana buat menggambar. Because I save the moments with drawings, beberapa gambar jadi sentimentil buat saya. Eh ya gambar tempat nginap saya, saya tinggal di penginapan saya di YogyakartaBNB. Saya jelas akan balik lagi menginap disana dan saya jelas sekali akan balik terus ke Jogjakarta bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk menemukan diri saya sendiri, selalu diantara jalan-jalan yang saya siap untuk tersesat.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar