Aku tidak tahu apakah
ada perbedaan antara adanya aku dan tidak adanya aku
Apakah sebenarnya kamu
mau tahu atau sebenarnya memang tidak pernah tahu.
Ada jarak diantara pertanyaan
dan jawaban jawaban yang menjadi pasangannya.
Dan diantaranya ada
Kamu.
Jogjakarta
Sudah mau 5 bulan Rayan di Jogjakarta, rumah baru untuk
galeri dan bakatnya. Tapi tidak dengan hatinya. Ada sore dengan Soto Lamongan
dan Es teh manis yang hilang dari kesehariannya. Ada telepon telepon singkat
yang hilang dari rutinitasnya, dan ada pertemuan di jam 5 seperempat yang
hilang dari agendanya tiap minggu.
“Leah lagi ngapain yak?”
Jakarta
“Leah, design campaign perusahan Bu Mieske udah belum ya?
Gue ditanyain si Toni nih”
Leah yang belum lama tertidur didepan komputernya terbangun.
“Oh, iya Sel, udah kok tapi emang belum gue kirim ke email
lu. Bentar yak!” sigap Leah menjawab sambil sesekali berusaha membelalakkan
mata. Baru saja 5 bulan pindah kostan membuat dia harus mengatur lagi jam
berangkat ke kantor. Leah yang terbiasa rutin dalam mengerjakan pekerjaan
belakangan menjadi lebih berantakan karena harus menyesuaikan dengan lingkungan
baru rumah kostnya.
“Le, tolongin gue dong! Sumpah deh susah banget sama Ibu
yang satu ini Le. ”
Toni yang pagi itu langsung merocos soal klien ke Leah. Leah
yang baru saja didatangi Sela, dan digelayuti rasa kantuk yang luar biasa hanya
bisa mendengarkan.
“Bu Titik kan suka ngobrol ngalor ngidul, tapi ya soal
lukisan. Sampe kerjaan gue gak selesai kalo meeting sama dia. Tolonglah, Le!”
“Sebentar… kenapa gue, Ton? Maksud gue, banyak kan anak
kantor kita. Kenapa gue? Kerjaan gue masih banyak, Ton. Yang lain gimana?” Ucap
Leah sambil menengok ke sekeliling.
Toni terlihat menghela napasnya. Dan sekali lagi melihat
Leah.
“Oh, please, jangan kasih gue tatapan begitu, Ton hahahaha”
Leah tertawa setelah Toni melihatnya sambil memelas.
“Hahahah Bu Titik itu maunya sama yang ngerti lukisan, Le..
Terakhir gue meeting sama dia. Dia cuma ngomongin lukisan aja. You know I know nothing about painting”
“Me either.”
“Lah kan sahabat lu pelukis, Le. tau lah dikit-dikit lukisan.
Beside lu pernah bantuin dia pameran. Ya kan?”
“Iya sih,……oh…one
condition!”
“apa tuh?”
“Gue kan bantuin kerjaan lu nih, Ton dengan meeting sama Bu
Titik, lu bantuin kerjaan gue juga yak”
“Yaudah, deh.”
Maka, siang hari di hari yang sama Leah pergi mengunjungi Bu
Titik di rumahnya dibilangan Menteng, Jakarta Selatan. Ibu yang berusia sekitar 60 Tahun itu adalah
Pimpinan Redaksi suatu Majalah Wanita Dewasa. Kantor Leah menangani grand
launching acara pemilihan model yang diselenggrakan oleh majalah tersebut. Leah
yang susah payah melawan rasa kantuknya sesekali meneguk kopi instan yang ia
taruh di botol minumnya berjalan menuju rumah besar di bilangan Menteng,
Jakarta Selatan.
“Bagus banget yaa rumahnya”
Setelah sekitar setengah jam menunggu, Bu Titik akhirnya
keluar dan menemui Leah.
“Sudah lama ya menunggu? Saya tadi rapat dulu dengan asisten
saya dari kantor. Kamu dari kantornya Pak Satria ya?”
“Iya, Bu saya dari Kantornya Pak Satria. Perkenalkan saya
Leah”
“Biasanya yang kesini mas-mas itu, si Toni ya”
“Oh, iya bu saya menggantikan Toni untuk meeting hari ini”
Kemudian pertemuan berlanjut membahas urusan bisnis diantara
siang yang berganti sore ditemani pohon kamboja dan bunga-bunga lavender yang
terlihat dari jendela.
“Saya perhatikan banyak lukisan bagus ya Bu dirumah ibu.
Gayanya mirip karya Affandi”
“wah, kamu tau lukisan ya? Ini buatan anak saya, dia
pengagum Affandi, jadi wajar karyanya mirip dengan Affandi”
“wah, keren bu! Anak ibu usia berapa bu?”
“Mungkin dia sudah seusia kamu, Leah, ya nambah dikitlah,
kayaknya tuaan dia”.
“Oooo gitu ya, anak ibu tinggal bareng ibu ?”
“Dia sudah meninggal, Leah”
“Oh, maaf Bu”
Seketika Leah teringat seseorang yang sudah lama
meninggalkan Jakarta mencari rumah baru untuk lukisan-lukisannya. Dan sudah 5
bulan Leah tidak dengar kabar darinya.
“Si Rayan gimana ya galerinya?”
Jogjakarta
…
“Maaf Pak Rayan untuk pameran minggu depan saya boleh minta
daftar tamunya?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar