Selasa, 14 Januari 2014

Arti lain









Arti Lain

Seminggu lagi di kalender menunjukkan waktu Rayan akan pergi ke Jogja. Katanya untuk rumah baru bagi lukisan-lukisannya. Leah membantu membereskan beberapa kanvas kosong yang berserakan diruang studio Rayan. Hari saat itu tengah asik meramaikan langit dengan orkestra hujannya.

"Lu bagian kanvas kosong ya, Le. Anak-anak gue biar sama Bapaknya aja"
"Sinting, lukisan dibilang anak." kata Leah bergumam
"Kedengeran Le!"
"Nguping!"

Leah sendiri sebelum diminta Rayan untuk tidak menyentuh lukisan-lukisannya, sudah tidak berani menyentuh kanvas-kanvas berisi goresan kuas Rayan.
Terlebih kanvas-kanvas berisi lukisan tentang Ibunya. Lukisan-lukisan yang dibuat setelah ibu Rayan meninggal. 

Seorang psikolog kenalan Leah menganjurkan Rayan untuk terapi dengan melukis setelah tahu kondisi psikis Rayan. Melukis tentang ibunya untuk membantu pemulihan psikis Rayan yang ditinggal ibunya.

Terapi untuk pelarian atas laranya itu kini yang menghidupi jiwanya.
Melukis untuk Rayan seperti kekasih lama yang tetap menjadi favorit.

Rayan yang kuliah di jurusan Politik justru lebih gemar melahap segala workshop melukis dibanding dengan seminar politik. Ketika ibunya meninggal Rayan berhenti melukis dan kembali melukis setelah mendapat nasihat dari psikolog yang merawatnya. Lara yang sebegitu besar mengalahkan cinta Rayan yang lain.

“Le, lu gapapa gue tinggal?”
“Kenapa mesti kenapa-kenapa?”
“Mmmm iya sih ya”
“Gausah sentimental yaaak, lu kan ke Jogja, sebentar kan? ntar pulang lagi kan?”
“Iya”

_________________________________________________


Duka hanya ide menarik untuk merusak suasana 
merusak keceriaan diantara semburat tawa dan gula gula kapas yang dibagi bersama.

Semburat pilu yang tak perlu tentang egoisme perasaan yang dibuat buat sendiri.
Buat apa?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar