Jumat, 29 Oktober 2021

Jalan Seni : Pameran offline : PUBLIK, ICAD 2021

 Jalan Seni : Pameran offline : PUBLIK, ICAD 2021

 Minggu lalu bareng beberapa teman di dunia maya berandai-andai kapan ya, bisa datang ke pameran offline. Terus cerdaslah Cacing teman sepersenian dari jaman kuliah yang ngasitau ada pameran bagus di daerah Kemang. Uyeaay. Pameran yang diadakan oleh Indonesian Contemporary Art and Design ini di tahun 2021, adalah ke-11 kalinya diadakan, pameran kali ini ddiberi tema PUBLIK. PUBLIK, melihat apakah dan bagaimana karya seni dan publik bisa saling berhubungan. Tentu saja dengan kondisi pandemi ini, ada beberapa prosedur yang perlu diperhatikan, ga deng, sederhana aja kok dengan booking waktu kedatangan di website ICAD di https://www.arturaicad.com/registration


Dan kemudian datang langsung, di waktu booking yang sudah diinput sebelumnya.

PUBLIK ada di lobby lantai 1 Grand Kemang Hotel, Jakarta Selatan. Grand Kemang Hotel mempunyai kode pos di 12730 yang juga jadi simbolisasi di pameran kali ini. Beberapa tenant pendukung juga didisplay di peta di tempat Pameran PUBLIK ada.




Setelah check in di aplikasi Peduli Lindungi dan pakai hand sanitizer Marissa masuk ke lobby hotel dan langsung disambut mural besar karya mbak Sheila. Mbak Sheila sendiri saya kenal setelah ikut kelasnya beberapa tahun lalu di Sketchwalking, menggambar sambil berjalan-jalan, seru banget ketemu lagi dengan Mbak Sheila lewat karya muralnya. Temen saya Faishol iseng banget mau ngukur berapa kalo berapa muralnya, buat masukan dia kalo dapet job mural, wakakak

 

@sheilasplayground

Karya Mbak Sheila ini bercerita soal banyak peran prempuan dalam pandemi yang menjadi banyak sekali, prempuan keren sekali digambarkan disini, dengan berbagai representasi prempuan sebagai pekerja, sebagai pecinta dengan punya pasangan yang disayang dengan mengambil persona penggambaran Gustav Klimt dalam Der Kuss/The Kiss yang terkenal , bahkan sebagai penyayang binatang yang digambarkan dengan memberi makan kucing dan pikachu (?)

 


Karya lain, yang menarik perhatian adalah Home Exhibition For Yoji, karya Mark Salvatus dan anaknya.








Mark Salvatus dan anaknya adalah karya kesukaan Marissa di pameran ICAD 2021. Mark dan Yoji menjadikan pengalaman relatable bagi seluruh manusia saat pandemi, sebuah karya yang dekat. Mark mengabadikan "karya-karya" Yoji anaknya saat lockdown. Lockdown walau tidak ada di Indonesia, atau sebenarnya memiliki nama lain yang beraneka ragam mengubah seluruh interaksi sosial yang dikenal oleh manusia. Mark juga mendeskripsikan karya nya bersama putranya ini sebagai mendefinisikan kembali arti ruang terbuka bagi interaksi yg sebelum nya akrab. Dan mengubah rumah sebagai pusat kegiatan.


Nah, ini ada yg karya yang bagus sekali tapi Marissa terlalu larut dalam deskripsi dan mikir panjang jadi ga kefoto, berarti kalian perlu datang langsung, nih. Duh yg ini ga foto karyanya padahal bagus cenah dia mendeskripsikan bahwa bukan menggambar adalah seni, tapi dia menggambar seni tah. mana lupa lagi foto, besok datang lagi apa ya, pamerannya berlangsung dari 21 Oktober hingga 28 November 2021

 




Karya lainnya yang menarik perhatian adalah milik Vendy Mathodos yang tidak jauh berada dari mural Mbak Sheila.

Dengan gaya ilustrasi yg khas Vendy Methodos yang juga bisa dijumpai secara online di @vendy_methodos ini menyampaikan kritik sosial dengan visual yang menarik

Karyanya di ICAD 2021 jadi mengingatkan saya akan sir Joan cornella yang agak nyeleneh. Distorsi pada anatomi wajah manusia tidak sampai ditahap yang mengganggu. Vendy Methodos dengan karya menyentil dengan tidak terlalu keras hingga bikin bete soal isu-isu sosial dan trend masa kini, yang banyak banget bacot basa basi, hingga karya diberi nama sebagai The Museum of Blah Blah Blah. Karya ini juga disebutkan lahir dari era isolasi yang banyak dihabiskan Vendy dengan membaca buku karya sastra Indonesia.

 

Beberapa karya lainnya yang menarik mengangkat tema hidup dan kematian oleh Nindityo Adipurnomo pada instalasi dan karyanya Mono Human Being, Farewell Crown, mencari ulasannya yang lebih panjang dari deskripsi saat instalasi ini cukup sulit, padahal karyanya menarik perhatian dengan menggunakan bahan rotan dan melihat ada garis-garis berbentuk fetus atau bahkan peti mati dlaam bahan rotan.

 




Yang menarik lainnya dan banyak banget karya dan instalasi menarik dari Pameran PUBLIK ICAD 2021 ini yang Marissa senang sekali karena seperti obat untuk pandemi yang begitu banyak menguras energi.

Yang cukup personal karena dekat sekali dengan Marissa adalah Novelty Vogue karya Arum Tresnaningtyas, yang menyoroti perkembangan fungsional hijab dari sebagai gerakan agama menjadi mode, yang kemudian menggeser persepsi dari prempuan berhijab yang kolot dan konservatif, menjadi hijab bukan hanya ekspresi identitas keagamaan juga sebagai ekspresi mode sehari-hari

 

Karya yang Marissa dan teman-teman cukup lama berinteraksi adalah DARLING dari Komikazer, banyak sekali hal yang relatable dengan kehidupan saat pandemi yang menjadi daya tarik instalasi ini, salah satunya : ZOOM !








Lalu tentu saja dari dunia NFT tentu saja hadir instalasi piano yang berisi seluruh tanggal penting dalam konser pertunjukkan musik, yang mengajak pengunjung untuk masuk dan berinteraksi. Dalam instalasinya ada penjelasan diagram yang panjang sekali menjelaskan NFT, yang tentu saja Marissa tidak mengerti hahah walaupun ada mas-mas baik hati yang menjelaskan dengan sangat sabar, maaf ya Marissa ga ngerti.

 



Foto-foto lainnya di PUBLIK

 

 













Nah, di bagian belakang lobi tempat pameran ada instalasi “rumah” yang terbuat sepenuhnya dari kawat, “THE INVISIBLE, Free the space” Pavilion Indonesia in London Biennale 2021, kurang tau ini bagian dari PUBLIK atau tidak, tapi instalasi ini mencuri perhatian sekali karena keseluruhan dibuat dari kawat yang ujungnya sudah safe karena tidak tajam. Details di instalasi patut diacungi jempol karena hingga kaca nako, keran air, oven, laci meja dan kursi tempat tidur ada semua dan terbuat dari kawat, super cool!

 




Sekian itu aja sharing Marissa soal Jalan Seni setelah sekian lama dan setelah pandemi (amiin) yang menguras energi, mudah-mudahan bisa jadi alternatif selain berjalan ke mall dan tetap protokol kesehatan ya!



 

Tidak ada komentar: