Sabtu, 24 Agustus 2019

Random Cuties



Semalam di Twitter Marissa membaca tulisan soal menemui “random cuties” saat berkendara. 

Random cuties adalah sebutan untuk orang yang secara kebetulan menarik perhatian di situasi-situasi sederhana.

Sesungguhnya itu definisi yang Marissa buat sendiri, HAHAHAHAH

photo by Marissa Abdul



Membaca tulisan itu jadi ingat perbincangan Marissa dan teman kuliahku waktu kita masih naik kereta Stasiun UI-Tebet sehari-hari untuk kuliah.


photo by Marissa Abdul

photo by Marissa Abdul

photo by Marissa Abdul




Kami berdua pernah sempet ngobrol bisa gak ya kita ketemu anak-anak Teknik yang ganteng gitu di kereta. Dulu standard cowok ganteng kami ya, mahasiswa aktivis fakultas sebelah, maklum fakultas kami miskin lelaki~








Lalu, cerita berkembang ke cerita sepupu temanku itu yang ketemu istrinya di kereta, karena mereka naik kereta yang sama dengan waktu yang sama, berkenalan, pacaran dan menikah. Wow, kayak di film, romantis yaaaaaaa








Jadilah kami sepanjang perjalanan tiap kami berangkat dan pulang kampus sengaja mengambil gerbong campur untuk meningkatkan probabilitas bertemu siapapun itu nanti. Wow, gadis-gadis ini hopelessly romantic tapi ambisius parah yaaak, ya akhirnya kami jatuh cinta dengan orang-orang yang tidak kami temui di gerbong, hahahaha walau kandas juga

Tapi, pernah satu atau beberapa kali ya kami cukup beruntung ketemu mas-mas atau anak fakultas sebelah yang sesuai dengan kami. Denganku.

Duduk diseberang kursi, flanel kotak-kotak, muka panjang, dan rambut sedikit ikal yang panjang, memasang serius headset di telinga, membaca buku yang kutahu persis isinya bagus.

Mungkin saja dia senang juga mendengarkan Maliq n d’essentials atau juga membaca Pram dan Dee. Atau bonus tambahan dia bisa menggambar juga. Wow, baru kusadari Marissa menaruh tuntutan tak masuk akal dalam imajinasiku sendiri.


Ya, siapa tau,
Siapa tau,
Dengannya bisa mencari acara Maliq n d’essentials dan menontonnya,
Ya, siapa tau
Dengannya bisa hadir di diskusi buku Pram atau sastra Indonesia lainnya di TIM atau fakultas sastra sebelah.
Ya, siapa tau
Dengannya bisa berjalan-jalan sambil sketsa gedung-gedung cantik di kota tua atau Petak Sembilan
Ya, siapa tau
Dengannya bisa mencari cara untuk tetap nyaman bersama walau tanpa makan malam mewah.



Sekarang, saat berkendara umum tak lagi kekampus, ternyata tuntutannya tetap sama, pada orang random di kereta maupun busway yang tak sengaja kulihat. Hanya berubah di tampilan fisik. Kemeja flanel tak sepenuhnya menarik perhatian. Kemeja kantoran sederhana dengan buku dan headset, mas-mas yg menunggu dihalte busway Pancoran Barat.



Mungkin ga ya dia mendengarkan Sleeping at Last atau Summer Salt.
Lalu, mendiskusikan bahwa warna musik Summer Salt mengingatkan dengan musik-musik era The Beatles.


Mungkin ga ya, dia menyimpan buku sketsa untuk mengisi kekosongan menunggu busway yang tepat waktu tapi banyak menunggu antrian habis, baru bisa masuk ke busway.

Bersama menggambar situasi menarik dalam busway, tenggelam dalam menarik garis-garis.


Mungkin ga ya, setelah bosan menggambar lalu makan pecel ayam di pinggir jalan saja
atau cari nasi bebek madura dengan kuah hitam khasnya,
merelakan jatah makan kolesterol habis dalam semalam.
Lalu, menutup malam dengan membahas fenomena manusia yang bisa diambil pembelajarannya.

Kelelahan dan kehausan cari Indomaret yang buka atau ke Upnormal yang buka sampai jam 2.

Mungkin ga ya, dia melakukan hal-hal yang sederhana saja tapi mencukupi tanpa banyak ego?




Mungkin ga ya itu terjadi dengan menambahkan sedikit keberanian dalam kondisi mataku yang tak berkedip melihatnya, untuk menanyakan apa sajalah dalam skenario perkenalan pertama dengan orang asing yang tipeku sekali.

Photo by Marissa Abdul
Lamunan yang biasanya dibunuh tanpa perasaan oleh Petugas Busway Koridor 13 yang datang,

Yak Jurusan Pinang Ranti, yang keluar dulu ya kasih jalan”



Lalu, dia tenggelam lautan manusia yang ada di halte.

Aku serius mengamatinya dan lupa bahwa aku juga perlu naik bus yang barusan.



Tidak ada komentar: