Sabtu, 16 Mei 2015

Pergi ke Dubai (2)


Makanannya gimana, Mar?

Saya dan rekan saya jujur tidak bisa menikmati makanan disini. Hambar.
Saya dan Maharhanie yang menginap di rumah orang Indonesia cukup tertolong karena di rumah, Mbak Sendy memasak sendiri makanannya dan tentu saja bercita rasa Indonesia.





Selamat sudah lidah kampungku yang bisanya makan nasi aja








Mbak Sendy yang jago memasak ini sangat memanjakan saya dan Maharhanie dengan makanan Indonesia yang rasanya persis seperti dirumah, padahal saya pikir mencari bumbu di Dubai cukup sulit. Ternyata kata Mbak Sendy, di Dubai ada pasar juga, dan mereka menjual bumbu untuk makanan Indonesia. Dan saya baru tau kalau beras yang biasa kita makan di Indonesia itu beras untuk orang miskin kalau di Dubai. Nasi yang saya makan cukup unik karena panjang banget. Tapi, lebih panjang lagi nasi yang waktu saya makan di Rixos, di Palm Baech Almeera, nasi disana sudah seperti toge panjangnya. Malam ketiga saya berada di Dubai, saya ikut Beach Party yang diadakan teman-teman disana di Palm Beach Almeera, pantai yang berbentuk pohon palem yang ada di peta itu.


saya lahap juga


Pemandangan aslinya jauuuh lebih bagus, sayang banget gelap


 Saya dan Maharhanie, kami yang anak mami nan kampung ini agak deg-degan juga ikut Beach Party di negeri orang, takut khilaf keminum minuman keras.

Air pake batu kerikil gitu contohnya.

Tapi untunglah sudah Tanya-tanya ke Pak Murdi, bapak baik hati di konsulat jenderal Dubai, kalau di negeri Arab walaupun Beach Party minuman keras tidak akan sebebas di negeri barat.

Alhamdulillah~

Saya dan Maharhanie akhirnya menghabiskan malam dengan minum air putih dan jus.

Hahahaha



Teman kami dari Ghana baik sekali, mereka tahu kalau kami muslim dan tidak bisa minum alcohol karena larangan agama, gak iseng nawarin kami. Saya dan Maharhanie sudah mengantri makanan dengan teman kami dari Ghana, Mawuli untuk melibas habis segala seafood yang tersedia. Saya sendiri mengambil banyak cumi, udang serta ikan. Dan beberapa makanan lainnya (kemaruk, Mar) Tapi ketika di meja makan, saya melihat Maharhanie tidak menghabiskan makanannya. Pas saya coba sendiri, iya hambar ya. Lidah Indonesia kami yang terbiasa banyak bumbu, merasakan bahwa makanannya hambar tapi mungkin sebenarnya tidak.
Salah satu teman saya dari Pakistan yang satu meja dengan kami bertanya

“Marissa, selama di Dubai ada gak makanan disini yang kayak air keran di negaramu?”

“IYA BANGET COY! BANYAK!”

(Percakapan diatas dalam bahasa Inggris)




Apakah semuanya hambar?
Tentu tidak!
Makanan yang cocok sama lidah Indonesia kami cuma nasi kambing di Tawassol di daerah Dubai Kota Lama, yang enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak bgt (Terimakasih kepada Mbak Sendy dan keluarga). Kabarnya Pak SBY juga suka makan disini.


Gaul~~








Rumah makan sederhana di daerah Dubai Kota Lama, sekitar 20 menit dari  Burdubai, Tawassol ini ramai dikunjungi oleh wisatawan Indonesia, waktu kami kesana ada serombongan Jemaah haji yang mampir ke rumah makan ini. Tempat makan tawassol ini bentuknya seperti tenda tenda kecil dan makanan ditaruh di nampan dengan terlebih dahulu, dan kami yang pengunjung dibiarkan duduk bersila. Ukuran porsi cukup besar. Untuk perut orang Indonesia satu nampan bisa buat berempat orang, itupun sudah sesak napas karena kekenyangan. Kalau untuk orang Arab cuma bisa buat berdua.









Masih dari perbincangan dari Pak Murdi, bapak berwawasan luas yang menjadikan liburan singkat kami jadi penuh ilmu. Uni Emirat Arab yang beranggotakan 7 negara bagian, yang meliputi Abu Dhabi , Dubai, Ajman, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Qaiwan ini berbentuk monarki konstitusional. Sebagai representasi keluar, aka nada Presiden dari Abu Dhabi, dan Wakil Presiden dari Dubai. Pak Murdi juga menjelaskan bagaimana budaya dari orang Dubai yang sangat disiplin dan menjaga betul rakyatnya dari asing. Dan ternyata sulit sekali untuk menjadi warganegara Dubai walaupun semisal kita punya darah keturunan. Dan Dubai ramai sekali dengan orang asing yang tinggal menetap atau sekedar berlibur, saya sering melihat banyak turis asing selama saya disana, Dubai juga ternyata tempat favorit para orang kaya untuk buang-buang uang.


Mbok ya kasih aku, ngunu lho




Mbak Sendy lagi nemenin kami di Konjen




Nah, saya dan Maharhanie di hari terakhir kami sebelum kembali ke rumah emak di Indonesia, menyempatakan diri ke Dubai Miracle Garden yang cantiiiik bangeeeeeeeeeet~
Dari Burdubai memakan waktu sekitar 30 menit dengan mobil pribadi. Kalau dengan taksi bisa habis lebih dari 50 dirham sendiri. Naik metro bisa setengahnya. Dubai Miracle Garden ini wangi banget, ya karena dimana mana ada bunga. Tiket masuknya sekitar 30 dirham, itu belum termasuk mobil kecil yang bisa mengantar kita keliling taman bunga yang lebih kecil dari Dunia Fantasi Ancol ini. Dubai Miracle Garden sendiri hanya ada di musim dingin, karena bunga akan meranggas jika masuk ke musim kemarau. Sewaktu saya datang kesana sekitar bulan Maret sudah mau masuk akhir musim dingin, jadi masih sempat main ke Dubai Miracle Garden.









 Setelah dari Dubai Miracle Garden, kami nge-mall ke Dubai Mall, tempat gaulnya di Dubai, jaraknya sekitar 30 menit dari Dubai miracle garden. Dapat dicapai dengan taksi seharga 50 dirham. Bisa sih naik metro, tapi tidak ada metro langsungdari Dubai Miracle Garden. Di Dubai Mall, saya dan Maharhanie Cuma kepingin liat gedung paling tinggi sedunia itu, Burj Khalifa. Dan benar kata Pak Muhdi kalau Burj Khalifa lebih asik kalau dilihat malam hari, karena megah sekali dengan lampu lampu da nada pertunjukkan air mancurnya!




Subhanallah~

Sewaktu saya mengambil gambar, banyak turis asing yang ikut turut mengambil gambar, maklum Burj Khalifa dan Dubai Mall termasuk tujuan favorit wisatawan.

Hari kepulangan kami, sedikit mendung menggelayut, katanya Dubai hanya dua kali hujan dalam setahun, beruntung sekali saya bisa merasakan gerimis di padang pasir. Katanya lagi, Dubai itu punya magic sendiri, sekali datang pasti akan datang lagi!

Amin ya Rabbal alamin

Senangnya banyak belajar dari Dubai disana saya belajar banyak soal agama yang saya anut, walau jauh dari rumah saya diuji apa akan tetap menjalankan ibadah atau tidak, Ketika di pesawat yang tidak bisa sholat dan harus diqada, ketika di suatu tempat di Dubai tidak bisa menemukan sekedar praying room untuk sholat dan bagaimana bahagianya merasa dekat dengan teman dari Palestina karena berbagi mukena untuk sholat. Ketika dari Indonesia hingga Singapura, orang tidak memandang aneh kepada saya yang muslim dan tidak berjilbab, tapi setelah dari KL hingga Dubai, justru saya dipandang aneh karena muslim tapi tidak berjilbab, mohon doanya ya untuk saya. 







Catatan untuk yang ingin ke Dubai, untuk pengurusan visa bisa dilakukan langsung ke Kedutaan Uni Emirat Arab yang ada di Kuningan (bisa naik mikrolet 44 dari stasiun tebet, setelah itu mengojek untuk sampai kedalam) untuk visa di kedutaan ada syarat harus dengan maskapai penerbangan tertentu, sebut saja Emi*rates. Waktu itu saya mengurus visa online di agen yang biayanya sekitar 250 USD. Insyaallah 4-5 hari selesai.
Nah, untuk keberangkatan atas nama Indonesia seperti saya, perlu juga dicermati dokumen apa saja yang diperlukan untuk keperluan administrasi disana, apakah perlu keterangan surat dinas, surat yang ditanda tangani kedutaan, surat keterangan dari instansi lembaga, surat keterangan dari pihak yang mengundang, surat undangan, sertifikat, karena akan sulit jika diurus sepulang dari bepergian, dapat memakan waktu berminggu-minggu. Bagi yang masih pelajar surat surat ini juga harus dicantumkan ke lembaga seperti DIKTI dan SEKNEG jika kalian akan dibiayai oleh Negara.





Terimakasih

Tidak ada komentar: