Dari CGK-SING-KL-DBX
Saya dan Maharhanie |
Beberapa
bulan yang lalu saya dan teman saya, Maharhanie berkesempatan diberikan Allah
belajar lewat suatu kompetisi di negeri Arab sana, Dubai. Sebelum berangkat,
saya dan Maharhanie sibuk mengurusi segala dokumen yang diperlukan, dari hal
yang paling sederhana hingga yang terumit. Perjalanan kami terbilang cukup
panjang karena kami mengambil pesawat yang berbeda-beda untuk sampai ke Dubai.
Total 10 jam perjalanan. Itu belum dihitung transit sehari kami di Singapura.
Bagi kami yang baru pertama bepergian keluar negeri, kami cukup deg-degan, maaf
norak. Sehingga saat di pesawat dari
Indonesia, kami berjanji menjaga satu sama lain. Kami waktu itu mengambil
perjalanan dari Jakarta-Singapura dengan menggunakan Air Asia, dan kemudian
lanjut Singapura-Kuala Lumpur dengan
Malaysia Airlines. Dan kemudian lanjut ke Dubai dengan Malaysia Airlines. Kalau
dihitung-hitung cost yang kami keluarkan terbilang cukup murah, karena kami
mengambil dua kali perjalanan, bisa memotong setengah harga satu tiket Emirates
jika langsung dari Jakarta. Sewaktu itu saya dan Maharhanie membeli tiket
Malaysia Airlines di kantor Malaysia Airlines di bilangan Sudirman (naik bis
dari depan stasiun Sudirman atas), lumayan dapat potongan harga dan jumlah
bagasi yang cukup besar.
Sesampainya
di Singapura, saya langsung tidak mendengar Bahasa dimana-mana, semuanya full
bahasa inggris, ngeri-ngeri sedap. Karena pesawat kami ke Kuala Lumpur baru esok hari, saya dan Maharhanie langsung
mencari tempat yang asik untuk menghabiskan waktu transit kami yang cukup
panjang ini. Dari membuka bekal, camilan, men-charge handphone dan laptop dan
banyak hal lainnya. Saya dan Maharhanie sibuk mengamati Changi Airport yang
super nyaman ini. Changi the best! Saya dan Maharhanie sempat mencoba alat
pijat gratis yang kalau di Jakarta 15 menit bayar Rp 10.000,00. Saya dan
Maharhanie yang baru saja berjalan jauh pindah terminal, langsung mencoba alat
pijat tersebut. Norak ben wae yo~
Kami sempat
berkenalan dengan teman dari Burdeaux. Namanya Emmanuella, mirip nama teman
kami yang anak Matematika. Emmanuella tidak bisa bahasa Inggris, setengah mati
kami berbicara bahasa tarzan dengannya. Lewat gambar dan gesture tangan. Tertolong
oleh Maharhanie, ukhti cantik ini ternyata bisa sedikit berbahasa Prancis.
Emanuella ternyata seorang bidan dan sedang mengunjungi saudara di Singapura,
dan akan pergi ke Australia, dan Emmanuella ternyata tidak tahu Indonesia itu
apa, tapi dia tahu Bali.
Aduh, Bali kan bagian dari Indonesia.
Saya dan
Maharhanie membuktikan sendiri bahwa benar orang orang diluar sana menganggap
Indonesia adalah Bali, atau hanya kenal Bali tidak tahu Indonesia.
Keren ya
dengan bahasa tarzan bisa terungkap semuanya. Saya mengahadiahi Emmanuella
gambar cat air yang saya buat.
Saya salut
sekali dengan Singapura, mereka rapih dan tertib sekali, saya dan Maharhanie
jadi ikutan rapih dan tertib padahal sebelumnya selebor.
Wakakakak.
Mereka
rapih sekali dan patuh terhadap peraturan. Didikan keras bertahuntahun dari
kepala negaranya dapat dilihat dengan nyata. Mudah-mudahan Indonesia bisa
mencontoh ya. Yang paling seru adalah saya dan Maharhanie banyak SKSD sama
turis lain yang ikut menginap. Bahkan, kami ketemu rombongan ibu-ibu TKW yang
baru saja pulang dari Dubai, dan asiknya lagi kami dikasih uang jajan karena
tau kami masih pelajar :P
ALHAMDULILLAH~~
Makasih ya ibu-ibu dan mbak-mbak |
Ah, satu
hal lagi yang berkesan adalah ternyata walaupun Singapura berdekatan dengan
Malaysia yang jumlah muslimnya banyak, mereka masih melihat teman saya
Maharhanie yang berkerudung panjang dengan tatapan aneh, saya pikir tadinya
karena kami berwajah Indonesia makanya banyak yang melihat kearah kami (saya
dan maharhanie berduaan terus kemana-mana), terus saya coba aja pakai jilbab juga, eh iya, saya juga
diliatin. Mungkin karena Maharhanie dan saya cantik (hoeeeks). Dan ketika
sholat senang sekali rasanya Universal Praying Room tempat kami sholat ramai
dikunjungi. Setidaknya bertemu orang-orang yang masih sholat.
Menginap
semalam di Singapura, paginya langsung terbang ke Kuala Lumpur dan kemudian
lanjut ke Dubai.
BELAJAR DARI DUBAI
Dubai from top view |
Terhitung 6
sampai 7 jam di pesawat Malaysia Airlines sungguh tidak terasa, pelayanannya
sungguh baik, walau di awal sempat khawatir mengingat kecelakaan yang belum
lama terjadi. Tapi, Alhamdulillah kami selamat sampai tujuan.
Sesampainya di Dubai kami dijemput orang dari Konsulat Jenderal RI di Dubai yang sangat baik (lupa namanya siapa, maafin saya Pak kalau bapak baca postingan ini). Kami sampai sekiranya jam 8 malam waktu Dubai, berarti itu sekitar jam 11 malam waktu Indonesia. Saat kami sampai, sekitar pertengahan Maret 2015, Dubai sedang berada di akhir musim dingin, jadi udara masih dingin dan berangin. Sebelum kami sampai, kami diberitahu bahwa Dubai baru saja terkena badai pasir.
Sesampainya di Dubai kami dijemput orang dari Konsulat Jenderal RI di Dubai yang sangat baik (lupa namanya siapa, maafin saya Pak kalau bapak baca postingan ini). Kami sampai sekiranya jam 8 malam waktu Dubai, berarti itu sekitar jam 11 malam waktu Indonesia. Saat kami sampai, sekitar pertengahan Maret 2015, Dubai sedang berada di akhir musim dingin, jadi udara masih dingin dan berangin. Sebelum kami sampai, kami diberitahu bahwa Dubai baru saja terkena badai pasir.
Wiiih, seru ya!
Dari bapak yang menjemput kami, kami
diberitahu baru saja beliau selesai menangani kasus TKI di Dubai, terus
isenglah saya dan Maharhanie bertanya mengenai isu-isu TKI yang suka kami lihat
di media cetak dan televisi di Indonesia. Perbincangan seru tentang TKI
diselingi penjelasan mengenai Uni Emirat Arab, khususnya Dubai. Ciamik dah!
Paginya,
saya dan teman saya harus laporan dulu ke Konsulat Jendral tentang kedatangan
kami. Saya dan Maharhanie menginap di keluarga Mbak Sendy yang baik hati dan pintar membuat kue~
Terimakasih Mbak Sendy yang sudah mau mengantarkan kami jalan-jalan
selama di Dubai.
Dari Mbak Sendy (ibu muda cantik yang rumahnya kami tumpangi,
makasih mbaak) kami tahu kalau ternyata Dubai termasuk Negara yang disiplin. Gaboleh
itu ambil jalan memotong sembarang dijalan raya, bisa didenda, dan dendanya
besar. Bahkan, dari Mbak Sendy kami tahu kalau mengangkat kaki di tempat
menunggu metro bisa didenda 150 dirham (coba dikali Rp.4.000,00)
Bokek, men Bokek.
Di Konsulat
Jendral setelah kami berbincang dengan Bapak Konsulat yang baik hati sekali,
kami berbincang dengan Pak Murdi mengenai sejarah Uni Emirat Arab. Subhanallah~
Makasih Pak Murdi!
Bareng Pak Murdi |
Saya dan
Rani diceritakan mengenai asal nama Burj Khalifa yan ternyata ga ada kaitannya
dengan penyanyi Wiz Khalifa.
Ya iyalah, Mar
Burj
Khalifa awalnya akan dinamai sebagai Burj Al Dubai tapi pembangunannya
tersendat, dan butuh biaya banyak, sehingga Raja atau Presiden Uni Emirat Arab
waktu itu yaitu Syeikh Khalifa mendanai pembangunan Burj Al Dubai, dank arena jasa
yang begitu besar terhadap pembangunan salah satu landmark akhirnya diganti dengan nama Burj Khalifa.
Kalau mau ke Burj Khalif lebih enak naik Metro dulu, sekitar 8 dirham. Kalau naik taksi dari Dubai Miracle Garden sekitar 50 dirham
Buku soal Syeikh Khalifa (terimakasih Pak Murdi) |
Burj Khalifa |
Dubai,
negeri padang pasir yang seharusnya dapat air aja susah disini. Mestinya, tapi
dipinggir jalanan kota di Dubai, banyak sekali bunga bunga sebagai penghias
jalan. Bunga –bunga dijalan tersebut diairi dari
selang yang ada dibawahnya. Dan ternyata bunga-bungaan ini tiap dua bulan
sekali diganti. Keren ya! Dubai yang padang pasir aja bisa, Indonesia apalagi!
Bunga di tepi jalan Dubai |
Tangan Leandra ngasih unjuk bunga |
Makanannya gimana, Mar?
(Bersambung)
1 komentar:
Blog loe seru...
Posting Komentar