Rabu, 23 Oktober 2019

Belajar menyambut sholat dengan penuh semangat

Belajar menyambut sholat dengan penuh semangat




Di Sanggar sendiri tempat Marissa "kabur" dari segenap atau seganjil aktivitas tiap hari ada aja yang dipelajari tiap datang kesana.

Salah satunya, beragama

Di Sanggar tidak mengajarkan keagamaan dalam hal harfiah seperti mengajarkan tata cara sholat, tata cara berwudhu ataupun hal lainnya, sepertinya peran itu sudah diambil dari para pengajar di sekolah formal yang sekarang anak-anak bisa dapatkan secara gratis dengan bantuan program pemerintah ataupun keringat orang tuanya karena bersekolah di swasta.


Sekiranya, Sanggar mengambil peran dengan membawakan nilai-nilai yang mungkin ada dalam agama kedalam kehidupan sehari-hari. Toleransi, bersyukur, tenggang rasa, rasa sayang dan menyayangi. Karena sejatinya dalamnya ilmu tercermin dalam perbuatan.


Marissa sendiri suka cerita kita ke anak-anak saat mereka terima kue ataupun susu kotak dari para kakak baik hati yang lapang hati dan rejekinya, bahwa Marissa dan anak-anak serta kakak yang lainnya perlu sayang sama Allah, karena lihat banyak sekali yang sayang sama mereka, dan rasanya menyenangkan kalau disayang, apalagi kalo disayang Allah.


Seperti sholat dengan sayang karena mau ketemu Allah. Bisa  berdoa kapan saja dan cerita apa saja dengan Allah. Anak-anak  Sanggar kebetulan muslim semua. 6 tahun lebih di Sanggar Marissa belum pernah ketemu anak Sanggar yang nasrani.  Ini menjadi salah satu tantangan membawakan beberapa tema jika tidak ada perbedaan yang merek temui tiap harinya.


Belakangan, anak-anak Sanggar khususnya Gendhis, anak usia 4 atau 5 tahun ya, Marissa lupa, selalu menagih sholat jamaah di Sanggar ketika kegiatan belajar selesai. Bahkan,kadang suka mencuri waktu keluar Sanggar untuk mengambil mukena warna merah muda nya di rumah. Terharu bagaimana ini diawali dengan kemauan mereka sendiri bukan atas ajakan dari kami yang dewasa.
Momen seperti ini sebenarnya buat Marissa sendiri menjadi ajang Marissa latihan menyayangi, dan terlebih lagi sabar menghadapi anak-anak diluar kelas. Menontoni mereka yang antusias mengambil mukena, dan menirukan gerak sholat walau belum tau bacaannya. Bahkan wudhu saja belum sepenuhnya hafal niat dan gerakannya. Kayaknya mereka pikir yang penting cuci muka dan tangan.

Antusias menyambut sholat, yang kadang sebagai dewasa muslim adalah hal yang sering Marissa abaikan. Lebih sering karena takut dosa, padahal selain itu bisa ditambahkan karena keintiman kepada Yang Maha Pencipta. Yang mengajarkan sayang, tapi terus Marissa suka lupa, pertama kali yang sayang padaku sebelum semuanya.

Tidak ada komentar: