Kamis, 22 Februari 2018

[Leah dan Rayyan] Bab. Prima

Mencintai mu tak bisa sesederhana kata Sapardi.
Ayam goreng selalu minta paha atas
Kalau tidak takkan kau makan
Atau hanya kau pelototi saja
Sambil gantian kau pelototi pelayannya

Mencintai mu tak bisa sesederhana kata Sapardi.
Air untuk kopimu harus pas 8 menit mendidih.
Dengan takaran gula setengah sendok yang pas.
Kalau tidak kau bisa kembung katamu.

Mencintai mu tak bisa sesederhana kata Sapardi.
Koya untuk sotomu harus diaduk diawal lalu dikasih kecap sedikit.
Kalau tidak kau lebih memilih makan dengan kerupuk.

Mencintai mu bisa sesederhana kata Sapardi.
Katamu biarlah aku jadi langit yang selalu menerima sore saat dia memilih malam.
Sementara saja tapi sesederhana itu.
Lalu kau sulit lagi.
Tapi, aku suka.
Bagaimana ini.
-------------------------

"Kenapa lu, Del?"
Leah menepuk pundak Delisa yang bengong. Memandang lurus kearah pengganggu pikirannya berbulan-bulan ini. Tepat disebrang meja kerjanya. Membelakanginya.  Tapi tidak dengan sinar matahari sore itu.
"Lu ngeliatan Prima?" Tebak Leah.
"Hah? Enggak. Yuk ah meeting"
"Lah iya ya, meeting. Sampe lupa."
Lalu, pria dengan kemeja hitam itu lewat didepan Leah dan Delisa.
"Hai, kalian ikut meeting mingguan kan?" sapa Prima.
"Oya, gue mau ambil cokelat dulu" kata Leah sambil melarikan diri ke pantry.
"Ohya udah mau 8 menit kopi gue beres nih" Prima melirik jam tangan mahalnya.
"Ribet banget pake diitungin" celetuk Delisa.
"Ssst! Eh nanti makan soto bareng lagi ya Del ditempat langganan si Leah tuh enak"
Menggangguk setuju sambil mengambil semua bahan meeting dadakan sore itu dijam pulang kantor.

1 komentar: