Jumat, 19 September 2014

Saya dan Anak-Anak





“Mar, ceritain dong kenapa kamu kemarin skripsian masih bisa nyanggar ke Manggarai”
“Hoh, gimana ya ceritanya?” sambil garuk garuk kepala


Obrolan diatas adalah obrolan yang timbul sore hari Minggu kemarin saat beberapa teman saya dari Dreamdelion Jogja datang ke Jakarta. Saya yang waktu itu tidak menyangka akan ditodong pertanyaan seperti itu, mengambil waktu beberapa detik untuk berpikir.


" Kenapa ya?"



Delapan bulan yang lalu saya disibukkan dengan pengerjaan penelitian akhir saya sebagai syarat kelulusan sarjana di bidang ilmu yang saya ambil. Selain saya,teman seangkatan juga sibuk mengambil bidang penelitian yang sesuai dengan minat mereka.

Maka hari hari saya disibukkan di Lab dan mencari literature, serta tiap akhir pekan, tepatnya hari minggu saya pergi mengajar anak-anak di Manggarai di Sanggar Belajar Dreamdelion.





“Mengajar anak-anak di Sanggar di hari Minggu adalah rekreasi pikiran, buat menghilangkan jenuh” pikir saya pada saat itu.

 Penelitian saya saat itu bukan yang tersulit di satu angkatan, menurut saya. Tapi, seperti pendapat seorang teman saya bahwa skripsi adalah salah satu bagian paling drama dalam hidup seseorang. Ada saja bagian dari skripsi saya yang membuat saya berulang kali meragukan kemampuan saya untuk lulus tepat waktu (astagfirullah)
Ada hari-hari saat pergi kekampus yang dijalani dengan langkah-langkah lunglai karena ada saja hipotesa yang tidak sesuai dengan pelaksanaan. Dan, ada saja yang rasanya pingin cepat-cepat memakai toga tanpa harus melalui proses skripsi, tapi tidak mungkin ya.
Disaat sperti itu akhir pekan selalu saya tunggu, hahahha jujur sewaktu saya skripsi hari Minggu saat pergi ke Sanggar adalah waktu yang saya senangi karena waktu untuk melonggarkan pikiran
 Banyak hal yang bisa saya pelajari dari anak-anak, 


Anak anak.
Mereka sebuah misteri bagi saya, oh bukan
endless riddle.
Ya kalimat yang tepat.

Saya tidak pernah berpikiran akan sedekat ini dengan anak-anak walau dulu pernah ingin menjadi guru TK saat saya berusia sekolah dasar.

Dan terlebih saya tidak menyangka akan banyak sekali belajar dari mereka.
Hal inilah yang membuat candu buat saya kenapa saya tetap bersemangat bertemu mereka.


Saya dan beberapa anak didik saya di tahun 2013 kemarin




Hal lain, adalah progress dari mereka yang membuat saya sangat senang, melihat mereka mulai berprilaku baik dan membuat kemajuan di perilaku mereka menjadi kado tersendiri. Saya dan teman teman menjalankan Sanggar dengan tujuan dapat meningkatkan karakter baik yang ada di mereka. Dan ketika itu mulai terlihat pada diri mereka, kami senang karena alhamdulilah ada hasilnya kami menjalankan Sanggar.


Menurut Lickona (1991) karakter baik meliputi tanggung jawab, respek, jujur, disiplin, adil, toleran, tolong menolong, kasih sayang, kerjasama, berani, dan demokratis. Karakter yang baik merupakan salah satu indikator utama dari kesuksesan dari terselenggaranya pendidikan. 

Beberapa dari anak sanggar sudah mulai terlihat perubahan dalam hal perilaku mereka. Mereka menunjukkan pada saya kalau mereka pun berusaha untuk berubah. Dan saya dan teman-teman lainnya sungguh beruntung dapat menyaksikannya.

Mengerjakan skripsi adalah sepenuhnya urusan saya, tapi yang ada dalam pikiran saya, ketika anak-anak mengetahui bahwa kakak kakak masih mau mengajar mereka selagi mereka sibuk kuliah, ini dapat menjadi contoh untuk mereka untuk memperjuangkan pendidikannya.


Lagipula, saya punya waktu 7 hari dalam seminggu untuk mengerjakan skripsi atau hal lain yang saya sukai, dan anak-anak di Sanggar hanya meminta saya 1 hari dalam 7 hari, dan itupun tidak sampai 24 jam. Jadi kenapa tidak?



The biggest learning I got from children is to live in the present, to feel the joy of being in the moment. Skill yg dilupakan orang dewasa" - dikutip dr celotehnya twit salah seorang teman saya.



Doakan mudah-mudahan saya dan teman teman istiqomah :)

Terimakasih sudah membaca




+Marissa Abdul+



2 komentar:

Mohammad Ferandy mengatakan...

Aseeek twit gue diquote. Ngerjain skripsi mah dikedip aja beres ya mar. Ga perlu ngorbanin maen sama anak2

Marissa Abdul mengatakan...

hahaha iya kak, setuju soalnya sama twitnya